Selasa, 04 Februari 2020

Patuh terhadap kedua orang tua

Islam telah menetapkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua merupakan suatu bentuk kewajiban bagi para pemeluknya. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang hal ini, di antaranya:
Allah ta’ala berfirman:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.” (QS. Al-Isra: 23)
Juga firman-Nya,
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua.” (QS. An-Nisa: 36)
Bahkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menegaskan juga bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling dicintai Allah setelah shalat.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata,
سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Aku bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, “Amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Mendirikan shalat pada waktunya.” Aku bertanya kembali, “Kemudian apa?” Jawab Beliau, “Berbakti kepada ke orang tua,” lanjut Beliau. Aku bertanya lagi, “Kemudian?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Tidak Hanya Semasa Hidup

Namun, harus kita ketahui bahwa berbakti kepada orang tua tidak hanya dilakukan pada saat keduanya masih hidup, tetapi juga ketika mereka sudah meninggal. Pada kesempatan ini akan kami sampaikan bagaimana berbakti kepada kedua orang tua tatkala mereka sudah meninggal.
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, berkata, “Ketika kami berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
 نَعَمِ الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا وَالاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوصَلُ إِلاَّ بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا
Iya mendoakan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
Bagaimana rinciannya?

1. Bersungguh-sungguh dalam Beramal

Hendaknya seorang anak bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah dan beribadah kepada-Nya. Karena setiap amal shalih yang dilakukan oleh seorang anak maka orang tua juga akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala yang didapat seorang anak tanpa mengurangi pahala sang anak.
Allah ta’ala berfirman,
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39)
Seorang anak adalah bagian dari usaha ayahnya.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallambersabda,

إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلْتُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ وَإِنَّ أَوْلَادَكُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ

“Sesungguhnya sebaik-baik makanan yang kalian makan adalah makan dari hasil yang kalian usahakan. Sesungguhnya anak-anak merupakan bagian dari yang kalian usahakan” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)
Oleh karena itu, tidak perlu bagi anak ketika dia shalat atau puasa kemudian berkata pahala ibadah ini aku persembahkan untuk orang tua saya, karena pahala tetap mengalir tanpa ia persembahkan sekaligus.

2. Mendoakannya

Salah satu cara berbakti ketika orang tua sudah meninggal adalah mendoakannya dan memohonkan ampunan untuknya kepada Allah.
Allah ta’ala berfirman,
وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Berdoalah, Ya Allah, berilah rahmat kepada mereka (kedua orang tua), sebagaimana mereka merawatku ketika kecil.” (QS. Al-Isra: 24)
Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila seseorang mati, seluruh amalnya akan terputus kecuali 3 hal: sedekah jariyah, ilmu yang manfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim, Nasai dan yang lainnya).
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam juga bersabda,
إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَنَّى لِيْ هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
Sesungguhnya ada seseorang yang diangkat kedudukannya di Surga kelak. Ia pun bertanya, “Bagaimana hal ini?” Maka dijawab: “Lantaran istighfar anakmu untukmu. (HR. Ibnu Majah)

3. Menyambung Silaturahim

Termasuk berbakti ketika sudah meninggal adalah menyambung silaturahim dengan saudara-saudara orang tua dan memuliakan teman orang tua semasa hidup.
Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ
Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya.”  (HR. Muslim)
Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam bersabda,
من أحب أن يصل أباه في قبره فليصل إخوان أبيه بعده
“Barangsiapa yang ingin menyambung ayahnya di kuburannya, maka hendaknya ia menyambung teman-teman ayahnya dahulu waktu hidupnya.” (HR. Ibnu Hibban dengan sanad yang shahih)

4. Bersedekah atas Nama Orang Tua

Termasuk berbakti adalah bersedekah atas nama kedua orang tua
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa ada seorang lelaki yang berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ أُمِّيَ افْتُلِتَتْ نَفْسَهَا وَلَمْ تُوصِ، وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ، أَفَلَهَا أَجْرٌ، إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ تَصَدَّقْ عَنْهَا
“Ibuku mati mendadak, sementara beliau belum berwasiat. Saya yakin, andaikan beliau sempat berbicara, beliau akan bersedekah. Apakah beliau akan mendapat aliran pahala, jika saya bersedekah atas nama beliau?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya. Bersedekahlah atas nama ibumu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis yang lain, dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwa ibunya Sa’d bin Ubadah meninggal dunia, ketika Sa’d tidak ada di rumah. Sa’d berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا، أَيَنْفَعُهَا شَيْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ
“Wahai Rasulullah, ibuku meninggal dan ketika itu aku tidak hadir. Apakah dia mendapat aliran pahala jika aku bersedekah harta atas nama beliau?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya.” (HR. al-Bukhari)
Demikianlah bentuk berbakti ketika kedua orang tua kita sudah meninggal. Wallahu a’lam bishawab.
Arif Ardiansyah, Lc
Sumber: Tabsiratul anam bilhuquqi fil Islam, Shalih bin Thaha Abdul Wahid dengan beberapa tambahan dari sumber lain.

Tinggalkan komentar

Alamat email Antum tidak akan dipublikasikan. Kolom yang harus diisi ditandai dengan *
 *

notification icon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar